fhirman-ilham.blogspot.com

Tangisan Air Mata Taubat

Minggu, 17 Februari 2013

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Alhamdullillah, segala puji hanya untuk Allah yang masih memberikan kesempatan kita masih hidup untuk terus menambah amal sholeh kita yang kelak pasti akan di balas di akhirat kelak. Manfaatkanlah waktu kita dengan terus menambah pahala dengan mengerjakan amalan wajib seperti sholat, puasa di bulan Rahmadan dan yang semacamnya. Kemudian tambahlah lagi amalan sholeh kita dengan amalan sunah yang dapat kita lakukan dengan mudah tetapi besar balasannya dari Allah seperti tidak henti-hentinya lisan ini terus berdzikir.

Sekarang Insya Allah kita akan belajar dan melihat teladan kita, para orang sholeh yang telah mendahului kita, ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari mereka tentang arti dari kehidupan ini yang sebenarnya. Lebih tepatnya tentang menangis kepada Allah dan bertaubat kepadanya

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi [1633]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (salah satunya) Seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.” 
(HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1338]).
Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang seribu dinar!”.

Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”.

Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’

Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan,

‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”.

Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab,

‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?!

Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS. Ali Imran : 190).”
[HR. Ibnu Hiban [2/386] dan selainnya. Disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih at-Targhib [1468] dan ash-Shahihah no.68].
Seorang Ulama di zaman dahulu bernama al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab,

“Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”

Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab,

“Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”

Kalau Ulama besar al-Hasan al-Bashri saja menangis sedemikian keras karena satu dosa yang diperbuatnya, lalu bagaimanakah lagi dengan orang yang mengingat bahwa jumlah dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan? Laa haula wa laa quwwata illa billah!

Alangkah jauhnya akhlak kita dibandingkan dengan akhlak para salafush shalih (para orang sholeh di jaman dahulu)? Beginilah cara menjadi seorang muslim sejati, wahai umat muslim di zaman sekarang?

Tidakkah dosamu membuatmu menangis dan bertaubat kepada Rabbmu?

“Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya? Sementara Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (lihat QS. al-Maa’idah : 74).

Semoga pelajaran tentang kehidupan orang sholeh yang telah mendahului kita dapat bermanfaat untuk melembutkan hati kita, serta dapat meningkatkan keimanan kita, sehingga penghambaan diri kita semakin sempurna kepada Rob Semesta Alam, Allah Azza wa Jalla.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

0 komentar

Posting Komentar