fhirman-ilham.blogspot.com

Benarkah Kebahagiaan Hidup Diraih Dengan Materi Duniawi?

Jumat, 15 Februari 2013

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Apa keinginan tertinggi manusia dalam kehidupan ini? Tentunya kita dan semua manusia dengan akan menjawab: kebahagiaan hidup. Ya, kebahagiaan hiduplah yang kita cari dalam kehidupan ini.Tetapi apakah anda sudah sukses mencari kebahagiann hidup tersebut? maka kebanyakan manusia akan ragu-ragu untuk menjawab "ya". Kebanyakan manusia menyakan bahwa dirinya belum bahagia, Mengapa?


Kebanyakan manusia menilai dengan kebodohannya bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup diraih dengan mengumpulkan harta dan kedudukan duniawi sebanyak-banyaknya, sebagai akibat dari kuatnya dominasi hawa nafsu dan pemikiran materialistis dalam diri mereka. Karena yang menciptakan kita, Allah berfirman:

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia, sedangkan tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai” (QS ar-Ruum:7).

Renungkanlah sabda Rasulullah berikut ini:
“Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan (akan merusak agama) kalian, akan tetapi yang aku takutkan bagi kalian adalah jika (perhiasan) dunia dibentangkan (dijadikan berlimpah) bagi kalian sebagaimana (perhiasan) dunia dibentangkan bagi umat (terdahulu) sebelum kalian."

Maka kalianpun berambisi dan berlomba-lomba mengejar dunia sebagaimana mereka berambisi dan berlomba-lomba mengejarnya, sehingga (akibatnya) dunia/harta itu membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka”.
[Hadist Riwayat Shahih al-Bukhari (no. 2988) dan Muslim (no. 2961)]

Perkataan diatas bukanlah perkataan manusia biasa, tetapi itu merupakan sabda Rosululloh yang mulia. Tahulah kita bahwa yang dikhawatirkan Rosululloh terhadap kita semua bukanlah kemiskinan yang merajalela tetapi harta perhiasan dunia yang dilimpahkan secara berlebihan kepada kita semua. Mari kita mendengarkan Hadist lainnya, Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya pada setiap umat (kaum) ada fitnah (yang merusak/menyesatkan mereka) dan fitnah pada umatku adalah harta”.

Tahulah kita kembali, bahwa mencari dan menumpuk harta secara berlebihan telah menyibukkan diri kita dari melaksanakan ketaatan kepada Allah dan membuatnya lupa kepada akhirat. Inilah awal petaka kesengsaraan manusia.

Awal petaka kesengsaraan manusia yaitu hilangnya ketaatan kepada Allah, lupa kepada yang menciptakan kita, Allah, lupa kepada kehidupan akhirat. Hal ini disebabkan tidak lain karena diri kita tersibukkan dengan menumpuk harta.

Ya, apa yang kita lakukan selama ini (menumpuk harta) ternyata adalah awal petaka kesengsaraan hidup kita semua. Apakah kita tidak boleh mencari harta? Maka jawabanya adalah Boleh bahkan diwaibkan untuk melangsungkan kehidupan kita di dunia ini. Adapun dimaksudkan diatas adalah tercelanya mencari harta yang belebihan kemudian menumpuknya sehingga itu menyibukan jiwa dari ketaatan dan mengingat Allah.

Sehingga kesimpulannya yang didapat, mungkinkah seseorang akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya kalau sifat yang merupakan sumber kebinasaan dan kesengsaraan ini selalu ada pada dirinya?

Adapun alangkah baiknya mencari harta dengan tujuan melangsungkan kehidupan kita di dunia ini, bukan menumpuk harta berlebihan yang kita tidak membutuhkan-nya sebenarnya. Gunakan waktu tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah. Caranya dengan menghayati dan memaknai dengan segenap hati lantunan ayat-ayat Al-qur’an, berdzikir (mengingat) kepada Allah, mengingat kehidupan akhirat yang berjuta, miliyar, triliun lebih indah dibanding kehidupan dunia yang sebentar ini.

Sehingga janganlah menjadi orang yang tidak pernah merasa cukup dengan harta dunia yang kita miliki. Yang mengakibatkan tenaga dan pikirannya akan terus terkuras untuk mengejar ambisi tersebut, dan ini merupakan siksaan besar bagi dirinya di dunia, sebelum siksaan yang lebih besar di akhirat nanti.

Imam Ibnul Qayyim (merupakan ulama cerdas beberapa ratus tahun lalu) berkata: “Orang yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (kerusakan dan penderitaan):

1. Kekalutan (pikiran) yang tidak pernah hilang,
2. keletihan yang berkepanjangan (terus-menerus)
3. penyesalan yang tiada akhirnya.

[Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfan” (hal. 84 – Mawaaridul amaan)]

Dalam hal ini, salah seorang ulama juga berkata: “Barangsiapa yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam penderitaan”.

[Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfan” (hal. 83 – Mawaaridul amaan)]

Semoga Artikel ini dapat bermanfaat untuk mendekat diri kita kepada Allah.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

0 komentar

Posting Komentar